Cari Blog Ini

Bidvertiser

Rabu, 16 Maret 2016

Ke Mana Laporan Penelitian?//Kisruh Yayasan Cendana//Mobil Bermasalah (Surat Pembaca Kompas)

Sudah menjadi strategi Kemendikbud dan Kemristek dan Dikti membuka kesempatan pada semua program studi menyelenggarakan program penelitian. Tentunya telah dihasilkan banyak sekali laporan penelitian. Akan tetapi, laporan hasil penelitian itu tidak disiarkan ke mana-mana.

Belum lagi hasil penelitian berbagai perguruan tinggi berupa skripsi, tesis, dan disertasi yang jumlahnya sudah tak terbilang. Sedikit sekali yang diterbitkan untuk masyarakat, alhasil kita tidak mengetahui perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan di negeri kita.

Mengapa tidak diterbitkan?

Menengok masa lalu, karya ilmiah perguruan tinggi dalam bidang linguistik dan kesusastraan sampai 1990 diterbitkan dalam satu seri oleh penerbit Kanisius dan Djambatan. Di negeri lain pun karya ilmiah semacam itu lazim diterbitkan dalam berbagai seri bidang ilmu. Dengan demikian, kemajuan ilmu pengetahuan dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh publik.

Penerbitan hasil karya ilmiah itu bukan hanya menjadikan kita tahu siapa bergelar apa, melainkan yang terutama adalah kita dapat memahami dan menghargai hasil karya ilmiah, apa pun bidang ilmunya.

HARIMURTI KRIDALAKSANA

Kompleks Dosen UI Cireundeu, Ciputat, Tangerang Selatan

Kisruh Yayasan Cendana

Berita tentang kisruh dan unjuk rasa Guru-guru Yayasan Pendidikan Cendana Riau sudah dimuat di berbagai media.

Sebagai pensiunan guru di yayasan tersebut, saya ingin menambahkan beberapa hal. Di awal perusahaan Caltex-sekarang Chevron-membuka usaha tambang minyak di Riau, Bapak Julius Tahija sebagai perintisnya telah memikirkan pendidikan anak-anak karyawan. Maka, seperti yang ditulis dalam bukunya, Melintas Cakrawala, terbitan Gramedia, perusahaan mendirikan sekolah lengkap dengan guru-gurunya yang berkualitas.

Semua berjalan baik. Bahkan, perusahaan melalui Yayasan Cendana memberikan sedikit kelebihan gaji. Maka, banyak guru yang lulus sebagai pegawai negeri sipil (PNS) memilih tetap menjadi guru Yayasan Cendana milik Caltex. Sebagian besar karyawan Caltex pun peduli pendidikan. Mereka yang ditunjuk sebagai pengurus, seperti Ir Johand Dimalouw dkk, putra Papua pertama tamatan ITB, selalu memikirkan kesejahteraan para guru. Maka, pensiunan Yayasan Cendana pun bisa mendapatkan pensiun layaknya guru PNS.

Sejak Caltex berganti menjadi Chevron, ada banyak perubahan. Tahun 2007, pengurus baru mengubah banyak peraturan yang seharusnya menyejahterakan guru, tanpa konsultasi. Misalnya, mengubah penerimaan pensiun setiap bulan menjadi sistem pesangon. Jumlah pesangon pun tidak sesuai semestinya. Malah tabungan dan asuransi yang dibayar setiap bulan dijadikan sebagai dana pesangon. Guru pensiunan dirugikan.

Yayasan pendidikan Cendana berangsur-angsur dilepas, tak ada lagi bantuan. Yayasan harus menggaji guru dengan dana SPP murid. Yayasan menaikkan SPP siswa menjadi termahal untuk ukuran Riau, Rp 1,4 juta per bulan. Orangtua murid banyak yang memindahkan anaknya ke sekolah lain, apalagi di sekolah negeri gratis.

Chevron, sebagai perusahaan kelas dunia, semestinya memikirkan kelanjutan yayasan pendidikannya. Anggaran bisa diambilkan dari mana saja, termasuk daricost recovery. Kami, pensiunan Guru Cendana tetap menuntut hak kami yang belum dibayarkan Yayasan Cendana.

SYAIFUL PANDU

Pensiunan Guru Yayasan Cendana, Riau

Mobil Bermasalah

Bulan November 2015, tertarik dengan diskon besar yang diberikan oleh dealer Honda Tendean, saya membeli Honda Mobilio tipe RS.

Sejak servis 1.000 kilometer, saya sudah komplain tentang suara berisik pada knalpot dan juga keluar airnya. Namun, menurut bagian servis, hal ini bukan masalah karena sudah biasa.

Namun, masalah terus berlanjut. Saat kilometer 11.000, muncul suara kasar pada mesin saat mobil berjalan perlahan.

Puncaknya adalah tanggal 6 Maret 2016, hanya tiga bulan lebih dikit dari tanggal pembelian, aki mobil sudah soak. Lengkap sudah penderitaan saya membeli mobil Honda yang kata orang mutunya bagus.

WIRAWAN

Kelurahan Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 16 Maret 2016, di halaman 7 dengan judul "Ke Mana Laporan Penelitian?".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger