Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 21 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Air dan Muka Tanah Jakarta (Kompas)

Muka tanah Jakarta menurun bukan isu baru, tetapi menjadi masalah serius ketika pemanasan global meningkatkan tinggi muka laut.

Harian ini akhir pekan lalu mengingatkan kembali persoalan serius Jakarta: penurunan muka tanah. Menurut sejumlah ahli, penurunan muka tanah cukup serius, di sejumlah titik mencapai 10-11 cm per tahun atau rata-rata 18 persen selama lima tahun terakhir. Di beberapa titik di Jakarta Barat dan Jakarta Utara, konstruksi beberapa bangunan meregang strukturnya dan ambles ke tanah.

Kita semula menduga penyebab utama adalah penyedotan air tanah berlebih oleh masyarakat. Namun, informasi terbaru menyebutkan, faktor dominan belum dapat ditentukan.

Sejumlah ahli menyebut terdapat lebih dari satu faktor penyebab penurunan muka tanah di Jakarta. Penyebab tersebut adalah jenis tanah aluvial yang masih berproses menjadi padat, beban statis bangunan dan kendaraan bermotor, gempa tektonis, serta tentu saja pengambilan air tanah berlebihan.

Penurunan muka air tanah Jakarta menjadi masalah serius karena posisi Jakarta berada di pantai. Akibat pemanasan global diprediksi meningkatkan muka air laut 0,1-2,2 meter pada periode 2008-2050. Jika prediksi itu terbukti dan tidak ada upaya mengubah keadaan, air laut akan mencapai Jakarta Pusat 30 tahun dari sekarang.

Meskipun penyebab dominan masih harus ditetapkan, kita tidak dapat berpangku tangan. Pemerintah DKI Jakarta tengah memperkuat dan meninggikan tanggul laut, mereklamasi, serta menekan penggunaan air tanah. Namun, para ahli berpendapat, tanggul laut, terutama tanggul laut raksasa, dan reklamasi bukan solusi tepat.

Satu hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penurunan muka tanah Jakarta adalah penyediaan air bersih. Lagi pula, air bersih adalah kebutuhan dasar dan kewajiban pemerintah memenuhinya. Apalagi pemerintah memiliki target menyediakan air bersih bagi semua pada 2019.

Air dan tanah adalah dua hal yang membentuk Indonesia. Jakarta dialiri 13 sungai, sayangnya sebagian besar tercemar bahan organik dan bakteri.

Perusahaan air minum DKI Jakarta baru berhasil menyediakan pipa air minum di 62 persen wilayah DKI dengan pemenuhan kebutuhan air bersih pada kisaran sama. Pada saat yang sama, pembangunan bangunan tinggi terus berjalan untuk rumah susun dan perkantoran.

Kepada para calon gubernur dan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, masyarakat Jakarta menaruh harapan perbaikan penyediaan air bersih, sekaligus mencegah penurunan muka tanah dan ancaman tenggelamnya Jakarta. Pekerjaan ini tidak mudah karena membutuhkan konsistensi dan persistensi, berkoordinasi lintas provinsi, dan memerlukan campur tangan pemerintah pusat.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Air dan Muka Tanah Jakarta".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger