Cari Blog Ini

Bidvertiser

Senin, 21 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Bom Kembali Hantam Turki (Kompas)

Sedikitnya lima orang tewas dan 30 terluka akibat ledakan bom bunuh diri di dekat gedung pemerintah di Istanbul, Turki, Sabtu (19/3).

Korban yang tewas berwarga negara Israel, Amerika Serikat, dan Iran. Duta Besar Irlandia untuk Turki Brendan Ward mengatakan, pasangan suami istri asal Irlandia mengalami luka ringan akibat ledakan bom itu, sementara ketiga anak mereka selamat.

Menurut Ward, keluarga asal Irlandia akan meninggalkan Istanbul, Sabtu malam, dan pada saat menghabiskan waktu terakhirnya di Istanbul, mereka "terjebak" di dekat tempat ledakan bom bunuh diri itu. Beruntung mereka tetap dapat kembali ke negaranya malam hari.

Ward menegaskan, terorisme tetap menjadi masalah di kota-kota besar di Turki, dan peringatan mengenai hal itu telah disampaikan dalam situs Kementerian Luar Negeri Irlandia. Penegasan Ward tidak berlebihan. Ledakan bom bunuh diri hari Sabtu lalu itu merupakan ledakan bom keempat di Turki dalam tahun 2016 yang belum sampai tiga bulan.

Yang pertama, bulan Januari, di Istanbul yang mengakibatkan 12 turis Jerman tewas, diduga dilakukan oleh milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Yang kedua, 17 Februari, menghantam konvoi militer di Ankara dan menewaskan 28 personel tentara. Ketiga, 13 Maret, yang menewaskan 35 orang di Ankara, dekat Kementerian Kehakiman dan kantor Perdana Menteri.

Hingga kemarin, belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas ledakan bom bunuh diri hari Sabtu lalu. Namun, seperti pada ledakan-ledakan bom sebelumnya, Pemerintah Turki menyebut kelompok militan Kurdi yang bertanggung jawab, dan langsung mengadakan serangan balasan.

Kurdi adalah kelompok etnis di Timur Tengah yang mendiami suatu daerah yang dikenal dengan nama Kurdistan, yang menjadi bagian wilayah dari Iran, Irak, Suriah, dan Turki. Itu sebabnya, masalah Kurdi tidak hanya dihadapi oleh Turki, tetapi juga Iran, Irak, dan Suriah. Saat ini, diperkirakan ada 30-an juta orang Kurdi, dan jumlah yang terbesar, 11 juta-15 juta orang, berdiam di wilayah Turki.

Kelompok militan Kurdi menuntut otonomi yang lebih luas, yang selama ini ditentang oleh keempat negara itu, termasuk Turki. Menyelesaikan masalah ini pastilah tidak mudah. Namun, penggunaan kekerasan seharusnya merupakan cara terakhir yang dipilih negara-negara tersebut. Oleh karena, sejarah di banyak negara menunjukkan bahwa kekerasan tidak pernah dapat menyelesaikan suatu persoalan. Kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 21 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Bom Kembali Hantam Turki".



Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger