Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 29 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Menunggu Langkah Lanjutan (Kompas)

Tentara Suriah telah merebut kembali kota Palmyra. Namun, kita menunggu langkah lanjutan untuk melihat Irak dan Suriah bebas dari kelompok teroris.

Pemerintah Suriah menyatakan, Palmyra sudah dikuasai sepenuhnya mulai Minggu (27/3). Sedikitnya 400 anggota organisasi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) terbunuh, dan lainnya melarikan diri. Sejak Mei 2015, kota yang menjadi Warisan Dunia UNESCO ini dikuasai NIIS.

Sejak saat itu, pasukan koalisi dipimpin Amerika Serikat (AS) terus membombardir posisi militan di beberapa kota di Irak dan Suriah yang dikuasai NIIS. Namun, mereka bertahan dan justru semakin mengkhawatirkan karena mereka juga membantai warga Kobani.

NIIS terpukul dengan meninggalnya pemimpin tertinggi kedua kelompok radikal itu, Abd al-Rahman Mustafa al-Qaduli. Qaduli dikenal dengan nama Abu Alaa al-Afri dan bertanggung jawab atas urusan keuangan, politik, dan administrasi NIIS. Qaduli dan tiga lainnya tewas di dalam kendaraan dalam serangan udara AS, pekan lalu.

Penasihat Pemerintah Irak mengenai kelompok militan, Hisham al-Hashimi, mengatakan, NIIS sangat terpukul terkait dengan kematian Qaduli. Pemimpin Tertinggi NIIS, Abu Bakar al-Baghdadi, tidak bisa menggantikan Qaduli dengan orang yang sepadan. "Dia akan menunjuk tiga orang untuk mengisi kekosongan Qaduli," ujar Hisham.

Tewasnya Qaduli dimanfaatkan secara cermat oleh tentara Suriah. Dibantu pesawat pengebom Rusia dan milisi Syiah, tentara Suriah berhasil merebut kembali Palmyra dari cengkeraman NIIS.

Kejatuhan Palmyra menjadi penanda mulai goyahnya NIIS, dan sebaliknya menguatkan posisi Presiden Suriah Bashar al-Assad. Assad menunjukkan kepada dunia bahwa dia bisa menjadi partner dalam upaya memberantas terorisme. Bahkan, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon mendukung penguasaan Palmyra oleh pemerintah.

Meski demikian, kelompok oposisi justru mengkhawatirkan gencatan senjata yang rapuh. Menurut mereka, Assad tidak lagi takut memperluas penguasaan teritorial, khususnya terhadap daerah yang dikuasai kelompok oposisi.

Palmyra sudah dikuasai tentara Suriah, tetapi sejumlah ahli PBB meragukan perbaikan dan rekonstruksi terhadap situs kuno di daerah itu dapat dilakukan. Vandalisme oleh NIIS merusak sebagian besar situs kuno itu.

Pemerintah Suriah, dibantu serangan bom pesawat Rusia, terus memburu pengikut NIIS di beberapa kota dekat Palmyra. Bahkan, tentara Suriah dilaporkan sudah membuka bandara Palmyra setelah membersihkan daerah itu dari sisa-sisa NIIS. Orang gembira dengan pembebasan Palmyra. Namun, langkah lanjutan dari koalisi baik pimpinan AS ataupun Rusia untuk menghalau NIIS dari Irak dan Suriah tetap kita tunggu. Momentum ini harus dimanfaatkan maksimal untuk mendapat hasil maksimal.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 29 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Menunggu Langkah Lanjutan".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger