Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 22 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Menyimak Musibah Heli (Kompas)

Kita sedih setiap kali ada musibah yang melibatkan peralatan TNI. Terakhir, tak hanya heli hancur, tetapi juga 13 personel TNI, termasuk komandan korem, gugur.

Sebuah helikopter Bell 412 EP bernomor HA-5171 jatuh di rembang petang di Kelurahan Kasiguncu, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu. Seperti kita baca, tujuh dari korban musibah merupakan anggota Satgas Tinombala, operasi keamanan dan pengejaran kelompok teroris pimpinan Santoso. Operasi ini adalah operasi gabungan TNI dan Polri yang dimulai sejak 10 Januari 2016. Seharusnya, operasi berakhir pada 10 Maret, tetapi diperpanjang dua bulan.

Kita yang mendukung pemberantasan terorisme menggarisbawahi pentingnya operasi seperti Operasi Tinombala. Di tengah rutinitas sehari-hari pemberantasan terorisme acap luput dari perhatian publik, pemerintah tetap gigih menjalankan operasi ini, yang merupakan bagian dari upaya mengenyahkan terorisme dari bumi Republik.

Pada sisi lain, kita juga menyadari, wilayah negara demikian luas, bahkan di sekitar Poso pun merupakan wilayah yang luas dan tak mudah dijangkau. Mengingat hal ini, tersedianya sarana transportasi—seperti helikopter dan pesawat terbang—merupakan keniscayaan.

Menggunakan sarana seperti helikopter dan pesawat, risiko selalu ada. Faktor yang bisa terlibat banyak, bisa cuaca, kondisi pesawat, atau kesalahan manusia. Inilah yang membuat penyelidikan atas musibah pada Minggu diperlukan. Itu bukan untuk mencari-cari kesalahan,melainkan untuk mencegah terulangnya musibah serupa.

Dari informasi yang disertakan dalam berita, sekitar Stadion Poso yang akan menjadi tempat pendaratan heli dilanda hujan. Dari sisi heli, Bell 412 yang jatuh tergolong masih baru karena berasal dari pengadaan tahun 2012.

Semoga penyelidikan yang dilakukan TNI dapat menjelaskan sebab kecelakaan. Hal ini kita garis bawahi karena—seperti telah disinggung di atas—masih akan ada banyak operasi keamanan untuk memerangi aktivitas terorisme yang sering menimbulkan akibat sangat buruk.

Selain terorisme, kita juga sering membutuhkan sarana transportasi untuk operasi kemanusiaan, hal yang sulit kita hindari mengingat Indonesia berada di wilayah bencana.

Untuk itu semua, dari waktu ke waktu kita dituntut selalu siap mengoperasikan wahana transportasi, baik untuk kebutuhan militer maupun nonmiliter. Kecakapan menjalankan operasi termasuk mempersiapkan sarana dan prasarana, memelihara pesawat dan helikopter agar selalu dalam kondisi prima, juga memelihara keterampilan terbang para pilotnya.

Hal sama dapat kita kemukakan juga untuk sarana di laut dan di darat. Kini pun, sambil mendoakan personel yang gugur di Poso, kita tidak lupa memetik pelajaran dari musibah yang terjadi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Menyimak Musibah Heli".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger