Cari Blog Ini

Bidvertiser

Sabtu, 26 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Migran Tidak Terkait dengan Teroris (Kompas)

Diakui atau tidak, ledakan bom di Paris, 13 November 2015, dan di Brussels, 22 Maret 2016, memunculkan kecenderungan mengaitkan migran dan teroris.

Itu terlihat dari sebelum identitas dan kebangsaan pelaku peledakan bom di Belgia diketahui, orang sudah ramai membicarakan bahwa kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) berada di balik peledakan bom di bandar udara dan stasiun kereta bawah tanah Brussels itu.

Keprihatinan politisi sayap kanan dan rata-rata warga negara Belgia meningkat dengan ulah kelompok-kelompok sejenis NIIS, yang mengklaim berada di balik peledakan-peledakan itu, yang mereka anggap secara radikal melakukan perekrutan di Eropa.

Dikhawatirkan ledakan bom di dua kota besar Eropa itu akan meningkatkan xenofobia (ketidaksukaan terhadap hal-hal yang serba asing) dan sentimen anti migran di seluruh Eropa, yang saat ini gejalanya mulai terasa di beberapa negara Eropa. Bahkan, dengan berbagai cara dan alasan, beberapa negara Eropa telah mulai menutup rapat-rapat pintu terhadap pengungsi.

Kecenderungan itu tidak boleh dibiarkan terus berlanjut. Persoalan migran adalah urusan kemanusiaan. Para migran menempuh risiko yang besar dengan meninggalkan negara mereka, yang tengah didera oleh perang bersaudara, untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik dan damai di Eropa. Mereka tidak dapat serta-merta disamakan dengan teroris.

Dalam kaitan itulah, kita merasa gembira karena dalam misa Kamis Putih (24/3), yang merupakan salah satu rangkaian misa pekan Paskah, Paus Fransiskus mengangkat isu yang sama dalam pesannya. Migran asal Timur Tengah itu tidak terkait dengan teroris. Dalam misa itu, Paus Fransiskus mengenang kembali ritual Yesus yang membasuh dan mencium kaki 12 muridnya sebelum wafat di kayu salib. Namun, hari itu, dari 12 orang yang mewakili murid Yesus itu, Paus memilih 11 pengungsi, termasuk 3 pengungsi Muslim.

"Kita semua merupakan saudara, Muslim, Hindu, Katolik, Koptik, Kristen, dan lain-lain, sama-sama merupakan ciptaan Tuhan, yang ingin dalam suasana damai dan bersatu," ujar Paus.

Paus menyebutkan, apa yang terjadi di Brussels beberapa hari lalu itu adalah ulah dari orang-orang yang tidak ingin hidup dalam damai. "Di balik ledakan itu adalah perusahaan-perusahaan senjata, penyelundup senjata, orang-orang yang menginginkan darah, bukan perdamaian, serta orang-orang yang menginginkan perang, bukan persaudaraan," katanya.

Kita sungguh berharap pesan Paus Fransiskus itu akan membuka mata dari elite negara-negara Eropa dan mau menarik garis yang sangat tegas dan dalam antara migran dan teroris.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 26 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Migran Tidak Terkait dengan Teroris".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger