Cari Blog Ini

Bidvertiser

Selasa, 22 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Perjalanan Bersejarah Barack Obama (Kompas)

Perjalanan Presiden Amerika Serikat Barack Obama ke Kuba, negara di halaman belakang AS, bisa dikatakan sebagai perjalanan bersejarah.

Tentu, bersejarah dalam konteks hubungan AS dan Kuba. Dikatakan bersejarah antara lain karena Obama menjadi presiden AS pertama sejak 88 tahun silam yang mengunjungi Kuba, negeri yang hanya berjarak sekitar 145 kilometer dari AS. Presiden terakhir yang mengunjungi Kuba adalah Calvin Coolidge, 19 Januari 1928.

Pada waktu itu, Coolidge didampingi istrinya, Grace, dan disambut Presiden Kuba Gerardo Machado yang didampingi istrinya, Elvira. Kunjungan tiga hari Obama ke Kuba didampingi Ibu Negara Michelle Obama dan dua putrinya, Malia dan Sasha, serta ibu mertuanya, Marian Robinson. Namun, kunjungan Obama yang juga disertai Menlu John Kerry, dan hampir 40 anggota Kongres serta selusin usahawan, itu tidak disambut Presiden Kuba Raul Castro, tetapi oleh Menlu Bruno Rodríguez.

Meski demikian, hal tersebut tidak mengurangi arti penting kunjungan Obama. Paling kurang, kunjungan ini menjadi warisan kebijakan luar negeri Obama dan pemenuhan janjinya untuk melakukan hubungan langsung dengan musuh lama AS. Sebelumnya, AS mencairkan hubungannya dengan Iran. Sebuah capaian lain.

Sejarah hubungan dan permusuhan AS dan Kuba begitu panjang. AS pernah mendukung rezim Fulgencio Batista yang digulingkan Fidel Castro dan Che Guevara. Mereka lalu menjadikan Kuba sebagai negara komunis dan menasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta. Setahun kemudian, Presiden AS Dwight D Eisenhower menjatuhkan embargo ekonomi dan memutus hubungan dengan Kuba.

Sejak saat itu, setiap presiden AS, dimulai JF Kennedy, selalu berusaha menggulingkan Fidel Castro, tetapi selalu gagal. Salah satunya lewat insiden Teluk Babi. Karena Kuba pula, nyaris pecah perang nuklir antara AS dan Uni Soviet. Hubungan kedua negara membaik, sejak sekitar 15 bulan silam diperantarai Vatikan. Kedua negara memulihkan hubungan diplomatik sejak 20 Juli 2015.

Sejak itu terjadi perubahan hubungan ekonomi dan diplomatik. Perubahan hubungan ekonomi dan diplomatik keduanya telah mendorong perubahan besar di Kuba, meskipun bagi AS masih ada catatan berkait dengan masalah hak-hak asasi manusia dan demokrasi. Dua hal itulah yang dibawa Obama ke Kuba.

Dengan terbukanya hubungan perdagangan, pemberdayaan rakyat Kuba pun terjadi. Hubungan dengan negara lain pun semakin banyak. Mereka memperoleh lebih banyak sumber daya. Dengan demikian, peluang untuk mengembangkan hak-hak asasi manusia dan demokrasi pun semakin terbuka. Barangkali di sini arti penting pembukaan kembali hubungan diplomasi AS dan Kuba, dan kunjungan Obama ke Kuba.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Perjalanan Bersejarah Barack Obama".


Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger