Cari Blog Ini

Bidvertiser

Kamis, 31 Maret 2016

TAJUK RENCANA: Reaksi atas Perompakan Abu Sayyaf (Kompas)

Jangkauan aksi kekerasan kelompok separatis Abu Sayyaf di Filipina selatan tampaknya mulai mengancam keamanan kawasan Asia Tenggara.

Kekhawatiran itu mulai muncul setelah gerilyawan Abu Sayyaf di luar dugaan merompak kapal tunda Brahma 12 dan tongkang Anand 12 berbendera Indonesia akhir pekan lalu. Para awak kapal, 10 warga negara Indonesia, dijadikan sandera oleh Abu Sayyaf.

Aksi perompakan dan penyanderaan terhadap WNI dengan tuntutan uang tebusan 50 juta peso atau sekitar Rp 14,5 miliar itu merupakan perkembangan baru dalam gerakan Abu Sayyaf. Luapan kekerasan tampaknya mulai melewati batas lingkup urusan domestik Filipina.

Sejauh ini memang disebut-sebut kelompok Abu Sayyaf sudah menjalin hubungan dengan berbagai kelompok ekstrem dan radikal di Indonesia dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Namun, pertalian hubungan itu tertutup, sementara aksi kekerasan Abu Sayyaf dilakukan sebatas menyerang kepentingan Pemerintah Filipina.

Tidaklah mengherankan jika kasus perompakan dan penyanderaan WNI menimbulkan kekhawatiran, luapan keganasan gerakan Abu Sayyaf sudah melampaui lingkup persoalan internal Filipina. Lebih mencengangkan lagi, Abu Sayyaf yang mengklaim sebagai pejuang pembentukan negara merdeka justru menuntut uang tebusan.

Mungkin saja uang tebusan dibutuhkan untuk pembelian senjata, tetapi justru kontraproduktif secara politik dan diplomatik untuk sebuah perjuangan pembentukan negara terpisah. Penggunaan kekerasan, termasuk penculikan, pembunuhan, sabotase, perampokan, dan perompakan, yang dilakukan Abu Sayyaf selama ini, benar-benar merepotkan pemerintah dan rakyat Filipina.

Segala upaya perdamaian selalu dimentahkan dengan aksi kekerasan. Selain negara dan bangsa Filipina direpotkan oleh gerakan kelompok Abu Sayyaf, negara lain, seperti Indonesia, juga mulai terkena imbas keganasan gerilyawan bersenjata di Filipina selatan itu.

Sungguh mengesankan, Pemerintah Indonesia bereaksi cepat dalam menghadapi kasus perompakan oleh Abu Sayyaf. Tidak hanya pendekatan diplomatik dilakukan, tetapi juga operasi penyelamatan disiapkan. Kesigapan Pemerintah Indonesia tidak hanya diperlukan untuk menyelamatkan 10 WNI yang disandera, tetapi juga memberikan pesan kuat tentang nilai solidaritas dalam semangat dan makna kebangsaan yang lebih luas.

Tidak kalah pentingnya meningkatkan kewaspadaan tentang kemungkinan merebak luas aktivitas kekerasan Abu Sayyaf pada tingkat kawasan. Aksi perompakan dan penyanderaan WNI bisa menjadi sebuah preseden yang bisa diikuti aksi lain. Sangat diperlukan antisipasi.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Maret 2016, di halaman 6 dengan judul "Reaksi atas Perompakan Abu Sayyaf".

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Telkomsel network.

1 komentar:

  1. KEDAULATAN NEGARA TERCERMIN DARI KEMAMPUANNYA MENJAGA & MELINDUNGI BANGSANYA DARI ANCAMAN/GANGGUAN KEAMANAN YANG DILAKUKAN ILEH ANASIR2/GEROMBOLAN PENGACAU !!!!!

    BalasHapus

Powered By Blogger