Karena itu, diperkirakan, pada masa mendatang, sikap keras AS terhadap Iran ataupun Korut akan terimplementasi secara utuh dalam kebijakan luar negeri negara tersebut. Pompeo diprediksi juga akan lebih percaya diri dan otoritatif dalam menyampaikan kebijakan luar negeri AS ketimbang pendahulunya, Rex Tillerson, karena mantan anggota militer tersebut merupakan orang dekat serta sangat dipercaya oleh Trump. Kedekatan ini diakui sendiri oleh Trump yang menyebut bahwa dirinya memiliki "panjang gelombang sama" dengan Pompeo.

Tantangan utama dan paling mendesak di hadapan Pompeo sekarang ialah menyusun langkah-langkah diplomasi untuk menangani Korut. Meski dikenal berpandangan bahwa penggantian rezim di Korut sebagai solusi mendasar masalah Semenanjung Korea, Pompeo tetap harus bertindak lebih hati-hati menjelang pelaksanaan pertemuan Trump dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un. Rencana pertemuan dua pemimpin itu, bagaimanapun, bisa menjadi peluang untuk mewujudkan penghapusan senjata nuklir Korut.

Pompeo termasuk pula orang yang satu pemikiran dengan Trump bahwa Washington tidak perlu ragu untuk keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran jika Teheran dinilai tidak banyak berubah. Pemerintahan Trump sebelum ini berupaya agar Eropa menyetujui dilakukan perubahan terhadap klausul Perjanjian Nuklir Iran agar menjadi lebih keras, tetapi upaya itu belum berhasil. Sebaliknya, Tillerson cenderung berusaha agar Kesepakatan Nuklir tetap dipertahankan apa adanya.

Kantor berita AP menyebutkan, Javad, media Iran yang dekat dengan Garda Revolusi, menulis bahwa pengangkatan Pompeo merupakan sinyal dari berakhirnya Kesepakatan Nuklir. Di sisi lain, media Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melihat pencopotan Tillerson dan penunjukan Pompeo merupakan kabar gembira.

Tillerson selama ini berupaya mengajak Arab Saudi dan UEA memperbaiki hubungan dengan Qatar. Pada saat yang sama, Saudi serta UEA berusaha mendorong AS agar ikut bersikap keras terhadap Qatar yang diboikot oleh Saudi dan sekutu-kutunya karena dituduh "mendukung terorisme" dan dekat dengan Iran. Pengangkatan Pompeo, yang sebelum ini juga anggota DPR AS, tampaknya dirasakan oleh Saudi dan UEA akan membuat Washington memiliki kebijakan lebih keras, tak hanya terhadap Qatar, tetapi terutama terhadap Iran.

Di tengah situasi dunia seperti itu, Pompeo menghadapi tantangan di tubuh Kementerian Luar Negeri. Dampak akibat pengurangan anggaran dan hengkangnya sejumlah diplomat di era Tillerson harus diatasi oleh Pompeo. Mesin raksasa diplomasi AS perlu dipastikan oleh Pompeo untuk tetap efektif.